Stress
merupakan suatu kondisi tertekan, bisa tertekan secara kejiwaan maupun
tertekan secara fisik, misal pada beberapa atlet olah raga yang
mengalami pelatihan berat. Stress juga merupakan suatu kondisi yang
meyertai kehidupan manusia, tidak ada manusia hidup yang bebas dari
segala macam stress. Dalam kadar yang tertentu, stress itu baik untuk
melatih tubuh kita secara fisik dan mental agar menjadi lebih kuat dan
teruji. Namun, jika stress itu berlebihan dan berkepanjangan, tentu saja
akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan kita. Hal ini sudah
merupakan pengetahuan umum yang ada di masyarakat, tetapi tidak banyak
orang yang mengetahuinya mengapa stress dapat mempengaruhi
keadaan-keadaan di atas dan apa akibatnya pada tingkat selular.
Saat
kita stress oleh karena berbagai sebab, misal bekerja keras sepanjang
hari, bertengkar, di PHK ataupun berhadapan dengan singa, pusat emosi
kita dalam otak, akan mengantarkan pesan-pesan saraf (impuls) ke
hipothalamus, yaitu suatu bagian dari pusat emosi kita yang terletak
dibagian dasar dan tengah otak besar. Kemudian, hipothalamus akan
mengolah impuls saraf tersebut, memproduksi dan melepaskan suatu zat
yang disebut CRH (Corticothropin Releasing Hormone) kepada bagian otak lain yang berada dibawahnya, hipofisis atau pituitari. CRH selanjutnya akan merangsang hipofisis untuk melepaskan ACTH (Adrenocorticotropin Hormone) ke dalam sirkulasi darah.
ACTH
yang membanjiri sirkulasi darah suatu saat akan mencapai kelenjar
adrenal yang berada di atas ginjal kanan dan kiri lalu memerintahkan
kelenjar ini untuk memproduksi dan mengeluarkan zat yang sudah lama kita
kenal yaitu adrenalin, noradrenalin dan kortisol. Keseluruhan rantai
sinyal di atas sering disebut sebagai HPA aksis (Hipothalamus-Pituitary-Adrenal).
Adrenalin
dan noradrenalin inilah yang bertindak sebagai “komando” dalam tubuh
kita selanjutnya dalam memerintah kan berbagai macam organ untuk merubah
ritme dasar proses fisioligisnya menjadi lebih cepat dan kuat. Beberapa
efeknya adalah sebagai berikut. Pertama, hormon ini meningkatkan
kecepatan dan kekuatan denyut jantung serta meningkatkan tekanan darah,
dengan maksud untuk meningkatkan suplai oksigen, nutrien, metabolit dan
zat lainnya melalui darah ke organ-organ tubuh lainnya, terutama otak
dan otot. Kedua, adrenalin dan noradrenalin merelaksasi otot-otot polos
dalam saluran napas, sehingga ruang saluran napas menjadi lebar, aliran
udara dan pertukaran gas (Oksigen dan Karbondioksida) menjadi lebih
optimal. Ketiga, mengoptimalisasi proses pemecahan cadangan energi dalam
otot sehingga siap digunakan untuk menghasilkan energi, menghambat
pembentukan cadangan energi dalam liver dari glukosa dan lemak. Dengan
demikian meningkatkan kadar gula dan asam lemak dalam darah untuk siap
digunakan. Ketiga efek di atas menyebabkan kita siap untuk “fight”,
secara fisik dan meningkatkan fokus dari pikiran kita terutama saat
menghadapi suatu stressor.
Sepintas
proses di atas memang penting secara evolusi dalam kehidupan suatu
spesies, karena untuk menghadapi suatu stressor dibutuhkan energi
ekstra. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama atau kronis, stress
yang dialami terus menerus (konstan) akan membawa efek merugikan bagi
tubuh itu sendiri. Beberapa efek merugikan yang telah disebutkan di atas
jika dialami dalam jangka waktu yang lama antara lain meningkatnya
kadar gula darah, di dunia medis disebut sebagai hiperglikemia,
meningkatnya tekanan darah (hipertensi), dan meningkatnya kadar asam
lemak (trigliserida) dalam darah. Di samping beberapa hal tersebut,
ingat, masih ada satu jenis hormon lagi yang diproduksi oleh kelenjar
adrenal yaitu kortisol. Di antara efek kortisol, yang terpenting di sini
adalah memobilisasi lemak dan menurunkan kekebalan tubuh dengan
menhambat pembentukan mediator inflamasi. Dalam kondisi normal, efek
kortisol ini penting untuk meregulasi sistem kekebalan tubuh. Namun,
jika kadarnya berlebihan oleh sebab stress yang berkepanjangan dapat
menurunkan kekebalan tubuh dan akibatnya, tubuh kita sering terinfeksi
dan mudah menjadi sakit.
Di atas telah disebut kan fungsi CRH untuk menstimulasi hipofisis agar melepaskan ACTH, tapi ada efek lain dari CRH, yaitu menghambat dilepaskannya FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone), dua jenis hormon seks yang penting perannya dalam memelihara fungsi organ reproduksi manusia. Jadi dapat dikatakan CRH
yang berlebih akibat stress dapat menurunkan fnngsi reproduksi manusia
dan akhirnya mengganggu fertilitas. Mekanisme ini penting artinya secara
evolusi, pikirkan apakah ada makhluk hidup yang bisa bereproduksi
dengan tenang padahal ada predator yang akan memangsanya?
Kortisol dalam darah diangkut oleh CBG (Corticosteroid Binding Globulin) dan sebagian kecil diangkut oleh SHBG (Sex Hormone Binding Globulin). Wanita memiliki lebih banyak SHBG dalam darah dibanding pria. Fungsi SHBG adalah untuk mengangkut hormon seks, yaitu testosteron, estrogen dan progesteron, dalam darah dan mengangkut sebagian kecil dari kortisol. Ketika kortisol berikatakan dengan SHBG, ia tidak memiliki efek biologis untuk mempengaruhi sel-sel dalam tubuh seperti uraian diatas, dan hanya kortisol bebas yang bisa memberikan efeknya. Dengan fakta itu, salah satu sebab wanita lebih lama mengalami efek stress adalah karena kortisol yang dilepaskan kelenjar adrenal dan membanjiri sirkulasi darah tidak secara langsung memberikan efeknya pada sel, namun sedikit demi sedikit dilepaskan dari SHBG.
Referensi : www.forumsains.com
0 komentar:
Posting Komentar